Friday, January 14, 2011

Pemetaan Pendekatan dalam Kajian Islam dan Jender

Mohamad Abdun Nasir

Penggambaran jender dalam banyak literatur keislaman, terutama yang klasik (meski banyak yang kontemporer juga), seringkali dipenuhi dengan bias, stereotipisasi dan prasangka. Kitab-kitab tafsir, hadis dan, terutama, fikih merupakan genre referensi studi Islam yang seringkali merepresentasikan corak misoginis. Hal ini dimungkinkan karena berbagai sebab, antara lain, pertama, model pendekatan kajian yang condong bersifat literer pada teks, seperti al-Qur’an dan hadis. Alasan lain adalah karya-karya tersebut ditulis oleh para sarjana Muslim yang kebanyakan laki-laki yang tidak sensitif jender. Dengan demikian, hasil karya intelektualitas tersebut diproduksi dalam kerangka metodologi dan setting sosial yang spesifik. Oleh sebab itu, karya tersebut tidak bisa dipandang secara mutlak sebagai representasi Islam yang murni. Mereka hanyalah salah satu varian dari corak pemikiran keislaman yang mesti dilihat secara proporsional.

Karena itu, premis-premis dasar mengenai konsep penciptaan laki-laki dan perempuan, posisi mereka di depan hukum, kesaksian, warisan, hak dan kewajiban suami-istri, status hukum kelompok transjender dan isu-isu jender lainnya yang dirumuskan berdasarkan pada karya-karya tersebut tidak secara otomatis merepresentasikan pandangan Islam yang “haq”, sebab ternyata ada pandangan-pandangan lain yang berbeda yang juga berdasarkan pada teks-teks yang otoritatif. Metode dan pendekatan yang berperspektif jender dalam membaca posisi laki-laki dan perempuan dalam Islam tentu akan menghasilkan perbedaan bacaan dan pemahaman yang akan menempatkan hubungan jender pada posisi yang lebih seimbang, sebuah posisi yang dipromosikan oleh al-Qur’an dan hadis, sebagaimana yang diyakini oleh para feminis Muslim dan kampium keadilan jender. Dalam semangat demikian, muncul beberapa metode alternatif guna merumuskan ide keadilan jender. Para sarjana yang berkecimpung dalam proyek ini mencoba menggali semangat dan merumuskan metode baru yang mereka percaya sebagai sarana alternatif untuk memperjuangkan keadilan jender.


Berbagai metode dan pendekatan studi jender dalam Islam yang dipaparkan dalam tulisan ini menunjukkan nilai lebih masing-masing dan potensi masalah yang mengikutinya. Pendekatan teks sangat bermanfaat dalam rangka untuk reformasi dan reinterpretasi atas teks-teks yang dianggap bias jender. Masalahnya pendekatan ini seringkali berhenti sebatas pada wacana atau diskusi dalam ruang tertutup, sehingga tidak mampu melihat pada sisi praktis. Pendekatan sejarah membantu melihat kembali masa lalu dan mengungkap sisi-sisi dinamis hubungan jender yang tidak terekam dalam telaah normatif sejarah. Dengan sejarah kritis dan sejarah sosial, posisi dan agensi perempuan bisa dilihat dalam sejarah secara jelas, dimana dalam banyak teks pada galibya mereka sering dianggap inferior. Sementara pendekatan empiris mampu mengungkap pengalaman dan tradisi jender paling mutakhir dalam masyarakat Islam dan menawarkan berbagai cara pandang mengenai relasi jender, meskipun cara ini terbelit isu pencerabutan teks dari tradisi Islam.

Dengan mensinergikan pendekatan-pendekatan di atas, penulis berkesimpulan bahwa semua aspek baik teks, sejarah, konteks dan pengalaman empiris akan mampu mengisi gap dan kekurangan dari masing-masing pendekatan. Teks tetaplah menjadi faktor penting dalam membentuk pola pikir dan pola keberagamaan umat Islam. Menegasikan teks sama artinya dengan membuang separoh lebih tradisi Islam. Begitu pula aspek sejarah dan pengalaman empiris akan membantu memahami bagaimana teks dimaknai dan diterapkan dalam kehidupan yang riil. Teks tidak hadir dalam ruang yang hampa, tapi berada dalam kawasan pertarungan antara berbagai aspek dan kepentingan baik agama, sosial, politik budaya antar individu, kelompok dan negara atau kelas dan lain sebagainya yang terjadi dalam matra dan konteks sejarah yang spesifik.

*Artikel lengkap dimuat di Jurnal Qawwam, PSW IAIN Mataram, 2009

No comments:

Post a Comment